rumahbacagunungkidul -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan adanya bully publik di media sosial terhadap menteri Kabinet Kerja yang tak berhubungan dengan kinerja.
Seperti
yang terjadi pada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang
dikritik karena kebiasaan merokok dan kepemilikan tato di kaki. Serta
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar yang
dituding antisosial. “Kritik
yang membangun boleh, bahkan dianjurkan, jika memang kinerjanya tidak
memuaskan.
Mereka baru saja diumumkan dan dilantik, berikan dulu
kesempatan bekerja, biarkan mereka menunjukkan kinerjanya,” kata Wakil
Sekretaris Jenderal PBNU Muhammad Sulton Fatoni, Selasa (28/10).
Sulton
menjelaskan, Susi Pudjiastuti adalah wanita pekerja keras. Perempuan
yang juga seorang pengusaha itu dikenalnya berkepribadian supel, serta
aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan Nahdlatul Ulama. “Bu Susi itu orang Pangandaran pertama yang jadi menteri.
Sementara
Marwan Jafar, masih kata Sulton, tidak benar jika dinilai antisosial.
Marwan dikenalnya aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan
pesantren. “Anti
sosial itu tepat diberikan jika seseorang tereliminasi dari
masyarakatnya. Faktanya Marwan tidak demikian, dia aktif di pesantren,”
tegas Sulton.
Kepada anggota Kabinet Kerja secara keseluruhan, Sulton berpesan agar tidak panik dengan maraknya kritik dari masyarakat. Munculnya
sebuah kritik harus bisa dijadikan pelecut semangat kerja, karena itu
disampaikan sebagai wujud harapan untuk terselesaikannya permasalahan
bangsa selama ini. (rol)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.