Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1435 H berusia 105 Tahun, sedangkan dalam hitungan Miladiyah pada tanggal 18 November 2014 M ia berumur 102 Tahun. Usia lebih satu abad merupakan anugerah Allah yang patut disyukuri.

 Sungguh tak banyak Gerakan Islam yang mampu bertahan seperti itu dengan persebaran organisasi yang sangat luas, amal usaha di berbagai bidang, serta kiprahnya dalam pembangunan bangsa tak diragukan lagi. Muhammadiyah juga memperoleh kepercayaan maysarakat yang cukup baik.

Melalui perjuangannya yang dinamis, Muhammadiyah telah tumbuh menjadi kekuatan Masyarakat MAdani (civil society) yang kuat. Diantara ciri Masyarakat Madani adalah kemampuannya yang otonom, anndiri, dan mampu menjadi mitra sekaligus penyeimbang bagi pemerintah secara konstruktif.

Muhammadiyah juga memiliki akar yang kuat di masyarakat sehingga menjadi penghubung kepentingan warga. Dengan spirit al amr bi al ma'ruf wa nahyu'an al munkar, Muhammadiyah selama ini dapat menjalankan perannya cukup baik dengan pemerintah dan komponen bangsa lainnya secara positif.

Namun sebagai muhasabah posisi dan peran Muhammadiyah bukan tanpa masalah, karena berhadapan dengan situasi politik yang seringkali tidak mudah, Muhammadiyah sering mengalami dilema dalam menjaga posisinya di hadapan negara. Di satu pihak ingin tetap menjadi kekuatan kewargaan sebagaimana posisi dan peran asli sebagai Organisasi Kemasyarakatan yang non politik. Pada waktu yang sama untuk melindungi dirinya sedikit atau banyak bersentuhan dengan perjuangan kekuasaan, sehingga menggerus dirinya sebagai civil society.  Muhammadiyah menjadi terpecah konsentrasinya dengan urusan-urusan politik dan menjadi kurang sensitif terhadap persoalan-persoalan nyata di Masyakarat bawah.

Dalam hal perjuangan kewargaan sebagai kekuatan masyarakat, Muhammadiyah dengan segenap organisasi otonom dan kelembagaan lainnya, karena satu dan lain hal mulai tercerabut dari basis komunitasnya di akar ummat atau masyarakat. Muncul kritik Muhammadiyah dipandang terlalu elitis, eksklusif, dan tidak lagi mengakar di basis ummat atau masyarakat bawah.

Muhammadiyah seperti mengalami keterasingan dari ummat dan masyarakatnya, yang dulu menjadi bagian dari denyut nadi dan gerakannya sebagai kekuatan masyarakat. Muhammaiyah mulai kurang tajinya dalam gerakan pemberdayaan masyarakat. Para elit Angkatan Mudanya pun dinilai kurang akrab dengan komunitas ummat dan masyakarat di akar rumput, karena lebih memilih mobilitas politik ke atas.

Maka, merupakan pilihan strategis yang penting dan cocok ketika dalam Muktamar yang ke- 46 di Ngayogyakarta Hadiningrat, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk melakukan Gerakan Pencerahan. Diantara orientasi gerakan pencerahan adalah berusaha mengembagkan strategi perubahan dinamis untuk melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasarakatan yang memihak kepada kaum dhuafa dan mustadh'afin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Muhammadiyah bertekad mempertajam gerakan praksisnya ke akar rumput sebagaimana diputuskan dalam Tanwir di Samarinda tahun 2014 pada bulan yang lalu.

Kini dalam memasuki usia ke 102 Miladiyah atau 105 Hijriyah dari usianya, tentu gerakan pencerahan yang berorientasi pada penguatan masyarakat madani tersebut tidak boleh berhenti pada keputusan resmi organisasi saja. Para pimpinan Persyarikatan termasuk yang berada di Organisasi Otonom (Ortom), Majelis, Lembaga, Amal Usaha, dan unit kelembagaan lainnya harus memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan program-program dakwah kemasyarakatan ke akar rumput. Muhammadiyah dengan seluruh komponennya harus kembali ke akar ummat di ranah komunitas dan jamaah sebagai basis kekuatan Masyarakat Madani. (Tajuk SM edisi no. 20 / 16-31 Oktober 2014)

1 comments:

MARI BERKOMENTAR DENGAN BIJAK DAN SOPAN, KARENA ITU AKAN MENCERMINKAN SOSOK ORANGNYA

Powered by Blogger.
 
Rumah Baca Gunungkidul © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top