Setiap hari di dunia ini
terjadi berjuta-juta, bahkan bermilyar
peristiwa. Berjuta-juta atau bermilyar kejadian, berjuta-juta dan
bermilyar-milyar keadaan dan perubahan mewarnai di khidupan kita. Semua peristiwa,
kejadian, keadaan, dan perubahan yang berlangsung serta hadir di tengah
kehidupan ini sesungguhnya potensial
untuk diungkap dan diolah menjadi informasi. Kemudian disajikan kembali ke
hadapan khalayak manusia, sebagai penikmat informasi.
Now, kebutuhan akan penikmat informasi ini
makin hari makin meningkat. Mengapa manusia sekarang makin mengonsumsi
informasi? Sebab manusia:
Manusia butuh informasi, karena dia ingin
terus untuk maju, berkembang, dan menang dalam kehidupan.
Mereka
yang dapat disebut sebagai produsen informasi yang mengusai cara, metode,
mekanisme, dan teknik menggali informasi yang canggih, serta amat mengusai
distribusi informasi kini hadir menjadi sebagai raja atau malah bahkan menjadi maharaja
media informasi. Mereka itulah
mengendalikan hampir semua wilayah informasi yang dibentuk oleh kekuasaan media
cetak (ex: koran, majalah,buku), media
auditif (ex: radio, kaset,CD), media
audio visual (ex:
VCD,DVD,televisi,dan film) dan media virtual (ex: komputer,internet,hp,multimedia).
Di
wilayah operasional menggali, mengolah, menyajikan, dan mendistribusikan
informasi ini denyut jurnalistik berada. Dengan menguasai media informasi pula
bisa menjadi wahana dakwah, karena
wilayah inilah adalah wilayah yang amat
setrategis. Efektif tidaknya langkah dakwah kita seringkali ditentukan oleh
mengusai atau tidaknya kita atas media informasi ini.
Sehingga
dari jurnalistik terdapat banyak manfaat didapatkan, baik itu untuk penikmat
informasi tersebut maupun kita sebagai produsen atau pembuat dan mengolahnya.
Sebagai contoh kongkrit saja, FIP mempunyai beberapa jurusan dan prodi, sebut
saja: PG PAUD, PGSD, BK, MP, AKP, TP, PLS dan lainnya (maaf jika ada yang belum dsebut) itu pasti dan sewajibnya ada
informasi tentang jurusan kita. Nah dengan mengolah informasi itu kita bisa
mengerti dan memahami terlebih dahulu untuk meningkatkan prestasi akademik
kita, akan tetapi setelah itu kita jangan pelit-pelit
untuk menularkan atau menyalurkan informasi tersebut untuk oranglain. Nah,
untuk mentransfer informasi tersebut kita harus mengolah dan mengartikan
kata-kata yang masih sulit untuk dipahami kita olah kembali. Sehingga, pembaca
atau penikmat informasi tersebut dapat dengan mudah mencernanya.
Akhir
kata, marilah kita mulai belajar menulis, menulis, dan menulis. Marilah kita
berfastabiqul
khairat melalui pena. Nuun wal qolami wama yasthurun
itulah semboyan yang cocok menurut untuk kita yang ingin belajar menulis, dan
kalimat tersebut terdapat dalam kitab Tuhan yang masih otentik yakni Al Quran. Adapun artinya adalah Nuun, demi pena dan segala yang dituliskan
(QS. Al Qolam:01).
Ayo
teman-teman tetep semangat dan semangat serta mulailah untuk
menulis. Fastabiqul khairat..!!! Nuun wal qolami wama yasthurun...!!
Sumber:
Panduan Praktis JURNALIS Muhammadiyah
Penulis: Mustofa W. Hasyim dan Deni Al Asy’ari
*Immawan Muhammad Arif
Penulis adalah kini masih kuliah
Jurusan PPSD, Prodi PG PAUD, FIP UNY
Pernah aktif di PK IMM Kh. Ahmad Badawi UNY
sekarang menjadi Ketum PD IPM Gunungkidul Pasca Konpirant 2012