Aku adalah hanya seorang anak dari ayah dan ibu berasal dari sebuah kota
minyak di jawa tengah tepatnya, yang dimana pada usia sekitar 5 tahun kurang
sudah ikut pindah bersama semua anggota keluarga kecil ke suatu daerah di kota thiwul Provinsi Serambi Madinah (sebutan
provinsi ini yang baru-red).
Yap…!!! Keluargaku adalah hanya keluarga kecil, catur warga itulah nama
istilahnya. Yang entah merupakan contoh
korban atau malah sebaliknya, contoh keberhasilan pemerintah dalam
mengkampanyekan “Anak dua cukup” selama ini, atau dikenal dengan Program
Keluarga Berencana (KB).
Seorang anak dari ayah yang
merupakan seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil-red) di republik ini. Ayahku selain
menjadi seorang PNS yang sudah dijamin kesejahteraannya oleh negara ini, juga
aktif di salah satu perkumpulan. Suatu perkumpulan yang menisbatkan
(menamakan-red) dirinya menjadi pengikut setya Nabi Muhammad SAW, baik dalam perilakunya
dan dalam segala hal serta dikenal dengan gerakan tajdidnya dan anti TBC
(Tahayul, Bid’ah dan Currafat-red).
Nah...!!!! Pasti sudah dapat
terjawab., perkumpulan (persyarikatan-red) itu namanya adalah Muhammadiyah.
Ayahku sejak dulu aktif di persyarikatan ini, ntah sejak kapan ayahku mulai bergabung dengan persyarikatan ini.
Akan tetapi setahuku, ayahku sudah aktif sejak kami masih tinggal di kota
minyak (Cepu-red) Jawa Tengah. PCM Cepu itulah namanya yang sesuai ingatanku,
PCM merupakan akronim dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah. Setelah kami
sekeluarga pindah ke Kota Thiwul atau terkenal dengan lagu yang bergenre Campursari ini (Kabupaten
Gunungkidul-red) ayahku juga masih aktif di Muhammadiyah. PDM Gk itulah
namanya, PDM Gk merupakan akronim dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten
Gunungkidul.
Dari sejak aku dilahirkan,
dibesarkan sampai kini aku berada di suatu tatanan masyarakat ala Muhammadiyah. Muhammadiyin itulah
jiakalau masyarakat itu diberinama. Maka dari itu, sejak kecil aku sudah tertarik dengan persyarikatan ini.
Bukti ayahku merupakan salah satu Warga Muhammadiyah adalah aku dan mbakku
dimasukan di TK ABA (Aisyah Bustanul Atfal). Mungkin persyarikatan inilah yang
salah satu sejak dulu begitu memperhatikan Pendidikan Anak sejak Usia Dini
(PAUD) melalui Ortom perempuannya yakni Aisyah daripada organisasi lain bahkan
pemerintah sekalipun. Walaupun setelah aku maupun mbakku lulus dari TK ABA,
tidak dimasukkan di Perguruan Muhammadiyah lagi sampai aku di SLTA. Mbakku
dimasukkan di SD Negeri II Wonosari, kemudian 3 tahun berikutnya aku dimasukkan
di SD Negeri I Wonosari lalu kami berdua di SMP Negeri II Wonosari. Nah untuk
SLTA aku dimasukan kembali di Persyarikatan ini, yakni di SMK Muhammadiyah I
Playen, tetapi mbakku masuk di SMA Negeri I Wonosari. Mungkin aku dimasukan di
sekolah milik persyarikatan ini karena aku kurang begitu pinter (pada waktu
itu-red), atau mungkin pula sudah ditakdirkan oleh Alloh SWT untuk meneruskan
perjuangan ayahku di persyarikatan ini, yang pasti wallahu ’alam bishowab (hanya Alloh yang tau) dari semua ini. Betul khan..??
Di sekolah
inilah (SMK Muhammadiyah I Playen) aku mulai mengenal lebih dekat dengan
persyarikatan yang mempunyai lambang Matahari dengan 12 sinar serta 2 kalimat
syahadat yang melingkar. Sungguh dengan keadaan sadar aku takjub dan merasa
beryukur dapat masuk di sekolah milik persyarikatan ini. Emang Sekolah milik persyarikatan ini sama dengan SMK atau SMA lain
di Kabupaten Gunungkidul. Akan tetapi di SMK Muhammadiyah I Playen ini selain
ada pelajaran yang pasaran dengan
sekolah lain ada juga pelajaran Ke-Islamannya, apalagi pelajaran Kemuhammadiyahan
dan Bahasa Arabnya. Selain daripada pelajaran itu, sekolah ini juga mempunyai
sikap disiplin yang tinggi. Dengan semboyan ”Islam Jaya, YES..!!!” ketika
pasukan PBB dibubar jalankan. Sungguh luaarrr biasa.... Sekolah formal milik
Persyarikatan Muhammadiyah yang bisa menggabungkan antara pelajaran seperti
sekolah lain dengan pelajaran khas Muhammadiyah ditambah pula dengan nilai
sikap disipilin selain nilai-nilai lainnya yang positif, yang menurutku inilah
amalan Islam yang nyata, yang daripada cuma mengembor-gemborkan penegakkan
Syariat Islam dengan kekerasan..
Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi kemasyarakatan yang mengikuti Ajaran Islam yang
sesuai Rosululloh SAW, yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 M atau 8
Dzulhijjah (Tepat hari wuquf di Makkah) tahun 1330 H. Pendiri Persyarikatan
Muhammadiyah ini adalah Kh. Ahmad Dahlan di kampung kecil Kauman dekat Kraton
Ngayogyakarta Hadininingrat. Yang mula pertamakali Beliau meluruskan arah shof
sholat di Masjid Besar Yogyakarta, bahkan Beliau sempat pula dijuluki ”Kyai
Kafir” oleh ulama di sana pada waktu itu (Sumber: Petikan kata-kata dari Film
Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo saat dilaunching di Mandala Krida
Yogyakara, pada pembukaan Muktamar Muhammadiyah I Abad, Sabtu 3 Juli 2010).
Selain
pelurusan arah shof kiblat sholat, Kh. Ahmad Dahlan pula melakukan suatu
perilaku yang pada waktu itu sangat liberal bahkan sampai sekarangpun jikalau
semuanya dilihat dari jamannya. Disebutkan contoh saja penggunaan celana
panjang, menggunakan meja dan kursi di madrasah (sekolah), menyatukan kurikulum
modern dengan pondok yang dulu disebut KAFIR. Selain itupula Beliau juga
mengajarkan dan menyadarkan kaum wanita untuk jangan hanya mau menjadi kanca wingking dengan pertamakali menganjurkan
kaum wanita untuk sekolah, adapun nama-nama wanita itu antara lain: Siti
Bariyah (Ketua PP. Aisyah pertama), Siti Wadingah dan Siti Wadimah untuk
sekolah di Neutraal Meisjes School di
Ngupasan.; selain ketiga gadis dari Kauman itu, Kh Ahmad Dahlan juga
menganjurkan dua gadis lain yakni namanya: Siti Umniyah (Putri dari Kh. Sangidu
yang merupakan perintis TK ABA) dan Siti Munjiyah yang disekolahkan ke sekolah
agama (Madrasah Diniyah Ibtidaiyah). Keberhasilan dari tiga gadis tersebut
dalam menuntut ilmu di sekolah umum, lalu oleh generasi berikutnya yaitu: Siti
Zaenab, Siti Aisyah, Siti Dauchah, Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti Hayinah dan
Siti Badilah.
Saya
teringat lagu renungan kader IPM ciptaan Ahmad Aris Muryasani: Seusai tahajud
kumerenung lagi, siapa di mana diri hina ini. Lama ku tertidur dalam duniaku, nanarku
memandang alam di seklilingku. Beribu mujahid berguguran sudah, beribupun nampa
semakin merenta. Namun kebatilan tiada kunjung sirna, bahkan semakin
menyesakkan dunia. Kini tiba waktu tuk tampilkan diri, gelisah ummatku tak
sabar menanti. Dalam ikatanku tlah bersemi janji, hidup di jalan-Nya atau mati
syahid. Demi kelancaran jalannya the big Muhammadiyah family’s karena Allah ta’ala, saya siap
mengabdikan diri. Amiin
Sumber:
- Majalah Tengah Bulanan Suara Muhammadiyah, halaman 9, no.14, Tahun ke 95, edisi 16-31 Juli 2010
- Lagu Renungan Kader, karya Ahmad Aris Murtasari