rumahbacagunungkidul -- Kabinet sudah dilantik. Para mentri sudah resmi duduk di kursinya
masing masing. Wajah sumringah nampak dari muka mereka dan juga para
pendukungnya. Dengan semangat baru, mereka mulai bekerja demi membangun
negeri.
Harapan kita semua, tentunya mereka bisa menjalankan amanah
rakyat dengan sebaik mungkin. Tentu saja, agar mereka juga bisa mawas
diri dan tidak tergoda untuk melakukan tindak korupsi. Tapi tidak semua pendukung Jokowi puas.
Hampir pasti ada relawan yang
merasa dikecewakan. Kerja keras mereka selama ini ternyata tidak
dihargai dengan penempatan calon menteri yang mereka rekomendasikan,
meski itu hanya satu menteri saja. Barangkali di antara yang kecewa ini
adalah para relawan yang sebelumnya mengatasnamakan Muhhammadiyah.
Meski para relawan itu dengan berani “menjual Muhammadiyah” dan
membentuk lambang mirip dengan Muhammadiyah, kenyataannya tidak satu
kader Muhammadiyah pun yang duduk sebagai menteri. Memang mengecewakan.
Tapi urusan mentri adalah hak presiden.
Bagi pemuda Muhammadiyah, bergerak di luar politik praktis semestinya
menjadi salah satu pilihan prioritas. Jika mereka tertarik dengan
politik, sekalian saja masuk ke partai politik. Tidak usahlah membawa
Muhammadiyah ke panggung politik. Itu akan jauh lebih nyaman. Jadi
masuk ke panggung politiknya tidak nanggung. Muhammadiyah akan senang
dengan kadernya yang baik dan mau berkecimpung ke pentas politik
nasional. Namun jika sekadar membuat sukarelawan atas nama Muhammadiyah,
itu hanya menyandera Muhammadiyah.
Pekerjaan rumah Muhammadiyah sangat banyak. Kita bisa aktif membangun
negeri ini melalui jalur dakwah. Untuk membangun negeri dan memperbaiki
nasib bangsa tidak harus jadi politisi. Bekerja tanpa pamrih dengan
memberikan perhatian penuh pada kondisi umat juga bagian dari peran kita
dalam membangun bangsa.
Sekarang ini banyak ranting yang kempang kempis, hidup segan matipun tak
mau. Ranting yang hanya sekadar mempunyai nama, namun tidak ada
aktivitas organisasi. Jangankan amal usaha, pengajian mingguan saja
tidak jalan. Ranting ini yang hendaknya kita beri perhatian penupenuh.
Itu jauh lebih bermanfaat daripada menjadi relawan yang pada akhirnya
membawa kekecewaan.
Amal usaha kita banyak yang tidak ada pengajiannya. Bahkan banyak
pekerja di amal usaha yang hanya prakmatis. Mereka kerja di Muhammadiyah
bukan karena tuntutan dakwah. Mereka ini hanya mencari kebutuhan
materi. Mereka bahkan tidak kenal Muhammadiyah. Sebagian dari mereka
malah bukan orang Muhammadiyah.
Sesungguhnya kehilangan amal usaha Muhammadiyah jauh lebih
menyesakkan daripada kesedihan karena kabinet kosong dari kader
Muhammadiyah. Kematian ranting jauh lebih memprihatinkan dibandingkan
dengan kekecewaan atas keputusan sang presiden. Untuk pemuda
Muhammadiyah yang kemarin terseret dengan arus politik, kembalilah ke
Muhammadiyah. Mari bersama-sama membangun negeri melalui jalur
organisasi. (almuflihun)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.