rumahbacagunungkidul -- Rancangan grafis desain logo baru Yogyakarta dengan semboyan Jogja
Never Ending Asia panen protes. Desain dinilai tidak mencerminkan
Yogya dan karakter huruf tidak mengesankan Yogyakarta yang identik
dengan ketradisionalan dan Keraton.
“Yang kami lihat desain malah lebih modern, tidak mencerminkan kalau
Yogyakarta adalah kampung dan Keraton,” kata konsultan komunikasi
visual, Sumbo Tinarbuko, di Yogyakarta, Jumat, (31/10).
Menurut Sumbo, konsep logo itu sudah bagus. Sayangnya logi itu kurang
dari sisi visual karena kesan Yogyakarta yang berbudaya dan Keraton
tidak muncul. “Bahkan kami lihat kesannya lebih modern,” ujarnya
dilansir Vivanews.
Ia merinci, logo tersebut lebih menjadi gambaran tentang sebuah hotel
di Yogyakarta. Huruf “J” pertama yang kapital tampak seperti huruf
“T”. Huruf “j” kedua tampak seperti huruf “u”. Akibatnya, kata “Jogja”
pada logo itu tampak terbaca “Togua”.
Sumbo mengaku telah memprakarsai gerakan untuk mengoreksi rancangan
grafis logo baru itu, yang disebut Komunitas Jogja Darurat Logo,
terdiri atas sejumlah seniman dan desainer grafis di Yogyakarta.
Gerakan itu murni untuk memperbaiki demi tetap terjaganya citra
Yogyakarta sebagai kota budaya.
“Komunitas Jogja Darurat Logo sedang menyiapkan pembacaan ulang logo,
dan kemudian akan diserahkan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda), “ ujarnya.
Dijadikan Pertimbangan
Wakil Ketua DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, Arief Noor Hartanto,
berharap masukan dari komunitas seniman dapat dijadikan pertimbangan
terhadap rencana perubahan logo baru tersebut. “Branding (pencitraan)
tentang Yogyakarta itu pada dasarnya bukan untuk menjual Yogyakarta,
tapi lebih kepada jati diri Yogyakarta sebagai kota budaya. Itu
seharusnya ditonjolkan,” kata Arief.
Ia mengapresiasi kritik para seniman dan desainer grafis itu sebagai
bentuk kepedulian terhadap Yogyakarta. Ia bahkan mengusulkan agar
digelar kontes mendesain logo Yogyakarta, sehingga nanti didapat logo
terbaik.“Saya percaya seniman dan para komunitas grafis akan mampu
melaksanakannya. Jadi, tidak ada alasan dari pemerintah provinsi
terkait waktu yang sudah mepet,” jelasnya.
Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengubah logo dan karakter
semboyan Jogja Never Ending Asia yang telah berusia 15 tahun.
Rencananya, logo baru akan mengubah logo lama yang dominan warna hijau.
Desain baru nantinya paduan tiga warna, kuning emas, merah, dan putih.
Warna emas menunjukkan simbol Keraton, merah dan putih lambang bendera
Indonesia. Sementara itu, semboyan Jogja Never Ending Asia akan diganti
menjadi New Harmony, yang melambangkan Yogyakarta yang selama ini
dikenal menjunjung semangat harmonisasi. (joglosemar)