rumahbacagunungkidul -- Lini masa Twitter hari ini dihiasi dengan kemunculan nama “TOGUA” di urutan 10 besar trending topic
Indonesia.
Banyak yang penasaran dan tidak mengerti maksud “Togua” yang
terdengar aneh itu. Wajar saja, karena “TOGUA” memang tidak dikenal
dalam kosakata Indonesia. Namun coba tanyakan kepada netizen Jogja dan
masyarakat Yogyakarta tentang “Togua”, mereka punya jawabannya.
“TOGUA” adalah candaan bernada sindiran terhadap logo dan brand baru “Jogja” yang rencananya akan diluncurkan akhir tahun 2014. Logo baru Jogja tersebut menggantikan logo dan brand lama yakni “Jogja Never Ending Asia”. Seperti diberitakan oleh marketers.com, logo baru Jogja tersebut dirancang oleh tim ahli Hermawan Kartajaya, pakar marketing sekaligus CEO dan founder Markplus Inc.
Hermawan
menjelaskan bahwa logo baru Jogja disusun berdasarkan ciri keistimewaan
Yogyakarta yang tersirat dalam Sabda Tama Sultan dan arah pembangunan
Jogja Renaisans. Logo tersebut adalah perwujudan dari visi Sultan Jogja
tentang pembangunan dan perubahan Jogja ke depan yang meliputi
teknologi, sosio-kultural, politik legal, pasar, dan ekonomi. Berbagai
simbol serta makna kedudukan Yogyakarta sebagai bagian dari NKRI juga
disuntikkan ke dalam logo baru itu.
Namun
meski berusaha mengadopsi banyak nilai keistimewaan dan belum 100%
final, logo baru Jogja tersebut telah menuai kritik dari sejumlah
kalangan. Selain sangat berbeda dengan yang lama, logo dan brand baru “JOGJA” juga dianggap aneh karena lebih terbaca sebagai “TOGUA”. Logo baru yang ditulis dengan bentuk huruf ramping dan didominasi warna merah dianggap kurang mencerminkan Yogyakarta.
Menanggapi
logo daerahnya yang terkesan aneh tersebut, sejumlah kalangan
masyarakat Yogyakarta pun turun tangan. Gagasan untuk menyiapkan logo
alternatif atau tandingan sebagai bahan masukkan kepada Sultan dan
Bappeda disiapkan melalui acara urun rembug dengan mengambil tema “Jogja
Darurat Logo”. Akankah muncul “Logo Tandingan” sebagai koreksi terhadap
“TOGUA”?.